Naskah Drama Komedi
Naskah Drama Komedi akan makal media berikan kepada sobat semua agar bisa memanfaatkan Naskah Drama Komedi ini untuk pementasan baik itu disekolah atau di sanggar drama. ok dah silakan baca aja ya..
Judul : Laras (Seekor Burung Yang hidup Ditengah Kompleksnya Masalah Rumah Tangga)
Sandiwara Komedi Karya Dukut W.N.
Sandiwara Komedi Karya Dukut W.N.
Tampak 2 serambi rumah yang berdampingan. Dimana Rumah A rumah milik keluarga yang ekonominya kurang dan satunya lagi Rumah B keluarga yang menengah keatas. Tampak juga disana ada sebuah kandang dan seekor burung, milik keluraga yang ekonominya kurang.
Semua serambi menyala Di depan Rumah A terlihat Riyadi yang sedang memandikan burung dan sementara terlihat Rumah B yang terlihat Agus sedang memandangi foto dan menciumnya.
Musik Hampir selesai…(Lampu flip-flop secara bergantian) Terdengar suara dari belakang.
Sumi : Bapak…..!!! (Dengan Suara yang agak marah) Rumah A
Tiara : Papi….!!! (Dengan Suara yang mesra) Rumah B
Sumi : Bapak….!!! (agak marah) Rumah A
Tiara : Papi!! Pi (agak mesra) Rumah B
Sumi : Bapak!! Pak..(Suara yang makin keras) Musik Selesai
ADEGAN 1
Rumah A Terdengar suara burung berkicau dan Riyadi sedang merawat Burung.. Sumi masuk..
Sumi : Bapak…!!!(Marah)
Riyadi : Ada apa to bu, pagi-pagi sudah marah seperti orang kebakaran jenggot. Ada apa?
Sumi : Bapak itu lho!! Dipanggil-panggil malah ngurusin burung saja!!
Riyadi : Burung bapak kan cuma satu, ya harus dirawat. Kalau tidak bapak yang merawat siapa lagi. Ibu mau? Ibu saja lihat bulunya saja sudah geli. (Meletakan Laras) Ada apa to bu?
Sumi : Pak! Kompor yang ada dibelakang itu minyaknya sudah habis. Sudah tidak bisa digunakan untuk memasak lagi. Padahal ibu itu mau menggoreng telor, untuk lauk kita Pak!!!!
Riyadi : O…itu. Cuma masalah kehabisan minyak. Kalau masalah kehabisan minyak, Pakai kayu bakar saja kan bisa. Toh kayu bakar yang ada dibelakang itu masih banyak. …
Sumi : Ibu tidak mau Pak!!! Masak cuma menggoreng telor saja harus menunggu setengah jam dulu. Ambil kayu dululah.. Menunggu apinya besarlah.. Belum lagi nanti jika apinya mati-mati. Pokoknya ibu tidak mau pakai kayu bakar.
Riyadi : Lalu Apa ibu mau memilih untuk menunggu setengah hari? Menunggu bapak Gajian. Pilih mana? Setengah hari atau setengah jam?
Sumi : (Kesal) Pokoknya ibu tidak mau menggorenag telor pakai tungku dan kayu bakar!!!
Riyadi : Ya sudah kalau ibu tidak mau. Lagi pula si Eko juga baru kemah dan pulangnya masih nanti sore. Jadi telornya digoreng nanti sore saja. Menunggu si Eko pulang dan menunggu minyaknya datang.
Sumi : Bapak itu lho!! Selalu begitu. Selalu mencari alasan, kalau ditanya kebutuhan rumah. Alasan inilah, itulah.
Riyadi ; Ibu juga sedikit-sedikit ngomel, sedikit-sedikit ngomel. Masalah kecil dibesar-besarkan. Cuma masalah kehabisan minyak saja dibesar-besarkan. Apa enaknya to bu, punya masalah kecil yang dibesar-besarkan?
Sumi : (mulai kesal) Bapak…!! Bapak itu tidak mengerti keiginan seorang istri. Seorang istri selalu punya kebutuhan pak!!! Dan bapak…..
Riyadi : Selalu tidak mau menuruti kebutuhan istri (duduk). Betulkan? Bapak juga tahu kalau seorang istri itu mempunyai kebutuhan. Akan tetapi bu, Cobalah sedikit demi sedikit untuk sabar dan nrimo, jika memang kebutuhan itu belum bisa terpenuhi sekarang. Jika ibu mempunyai rasa sabar dan nrimo pasti keadaan rumah kita akan lebih tenang. Nyaman. Adem Ayem. Ya seperti tetangga kita.
ADEGAN 2
Lampu berganti ke Rumah B Kelihatan Agus yang sedang memandang foto dan tersenyum sendiri. Saat istrinya memanggil, Agus segera memasukan foto tersebut ke dalam tasnya.
Tiara : Papi..!!
Agus : Ya, mi!
Tiara : Papi (Masuk)
Agus : Ya
Tiara : Pi (Mesra)
Agus : Ya ya Ada apa mi ? Lho tumben pagi-pagi sudah membawakan teh untuk papi. Nggak biasanya. Ooo tunggu dulu… Kalo begini ini pasti mami ada maunya ini.
Tiara : Papi bisa saja. Begini pi. Butiknya Jeng Jenny yang di dekat kantor papi itu lho. Kata jeng Ratna ada tas baru lho pi! Pasti bagus deh kalo dipakai mami pada saat acara-acara dikantor papi.
Agus : Terus..
Tiara : Terus, Jeng Anggi pakai gelang bagus sekali, yang dibelinya kemarin di Toko Galaksi. Katanya jumlahnya terbatas lho pi. Kalo orang bilang sih Limited edition.
Agus : Terus..
Tiara : Terus, pakaian mami yang baru di beli kemarin sudah bosen pi!!
Agus : Terus....
Tiara : Koq papi terus-terus saja…
Agus : Mami mau ini kan (memegang uang ) Eit tunggu dulu mi. Tapi, ada syaratnya.
Tiara : Cium dulu, ya pi?
Agus : O. Tidak. Syaratnya gampang mi. Pokoknya mami jangan mendekati apa lagi membuka tas ini. Kalau mami membuka tas ini, rahasia perusahaan tempat bekerja papi bisa terlihat. Sebab, Papi takut kalau ada mata-mata dari perusahaan lain yang melihat atau bahkan mencuri dokumen rahasia yang ada dalam tas ini. Bagaimana mami mengerti kan?
Tiara : (Tiara merasa kalau uangya masih kurang) Kelihatannya mami masih bingung pi!!
Agus : (Mengambil uang lagi dari dompet) Bagaimana.. mami sudah mengerti?
Tiara : (masih kurang) Belum pi!
Agus` : (Mengambil uang yang lebih banyak) Nah pasti mami sudah mengerti kan?
Tiara : OK…mami sudah mengerti. (Agus masuk kerumah. Sesaat setelah Agus masuk Rumah, Tiara agak penasaran dan mulai mendekati tas suaminya).
ADEGAN 3
Lampu langsung berganti kerumah A
Riyadi : Bagaimana bu. Enakkan kalau suatu rumah tidak ada orang yang marah. Didengar tetangga juga enak. Didengar saja sudah enak apalagi merasakannya. Pasti lebih enak bu.
Sumi : Tetangga disamping kita itu mulutnya jarang ngomel karena setiap keinginan dan kebutuhan seorang Istri selalu dipenuhi. Lalu apa yang bapak kasih kepada ibu. Burung? Sudah bosan Pak... Saya sudah bosan dengan burung bapak..
Riyadi : Terserah ibu lah. (minum) Tehnya koq pahit to bu!!!
Sumi : Gulanya sudah habis. Mungkin dimakan burung kesayangan bapak kali.
Riyadi : Jangan suka berkata seperti itu bu. Laras ini burung yang cantik dan indah. Sulit mendapatkannya, amat sulit dan penuh perjuangan. Ya hampir sama sulitnya mendapatkan wanita secantik dan semanis dirimu bu!! Karena bapak harus bersaing dengan belasan orang yang ingin mendapatkan Ibu. Dari tentara, pegawai bahkan sampai PNS. Mereka semua sudah siap dengan sangkar-sangkar emasnya. Tapi ternyata Ibu pilih bapak kan. Ya sama halnya Laras ini. Dia mau tinggal di sangkar yang jelek milik bapak. (Sumi agak tersipu)
Riyadi : Ibu tersenyum kan?
Sumi : Ibu geli lihat burung bapak…
Riyadi : Masak sih bu? (Mengambil burung dari tiang) Dicoba dulu untuk memegangnya barangkali ibu suka. Tuh bulunya, lebat dan halus. Eh bu, bulunya selebat ini, karena bapak merawat Laras ini khusus untuk Ibu pegang. Ayo bu dipegang dulu burungnya.
Sumi : heh bapak, ibu betul-betul geli pak (Agus menggoda Istrinya dengan burung itu)
Riyadi : Ha ha ha. Ibu – ibu baru lihat satu burung saja sudah geli apa lagi dua burung.
Sumi : Apa (Kaget)
Riyadi : Dua burung!!!
Sumi : (marah) Apa!!! Dua burung. O jadi ternyata bapak…(Lampu Langsung Ke Rumah B dan Rumah A Mati)
ADEGAN 4
Lampu langsung berganti ke Rumah B
Tiara : Apa ini? Apa ini? (Tiara memegang foto yang diambilnya dari tas suaminya, dan Agus masuk tahu kalau istrinya memegang foto gadis cantik miliknya). Oh ya Tuhan, kenapa ini terjadi lagi padaku. Apa aku ini kurang cantik untuk suamiku. (Seperti tersadar) Ini tidak bisa kubiarkan. Kalau seperti ini, bisa-bisa aku dimadu. Aku tidak mau dimadu.
Agus : (mengalihkan perhatian) Mam…. Andi dimana ya?
Tiara : Andi sedang berkemah bersama anaknya Pak Riyadi. Papi kan yang mengantarnya kemarin.
Agus : Oh ya papi lupa. Kalau si Partono ?
Tiara : Partono baru pulang kampung. Partono kan pamit langsung kepada papi!!!
Agus :Oh ya papi lupa lagi!! Mami…(disaut Tiara)
Tiara : Sekarang papi duduk. Ini foto siapa pi?
Agus : Oo itu. E e Itu foto Sek…
Tiara : Jangan bilang ini foto sekretaris Bos papi!! Alasan lama!!
Agus : Oh tidak Itu foto calon….
Tiara : Jangan bilang ini foto calon sekretaris papi. Jabatan papi tidak memerlukan sekretaris. Ini sebenarnya untuk apa pi…. Ooo atau foto-foto ini. Adalah wanita-wanita incaran papi.
Agus : Bukan.. (Mendapatkan alasan baru) O o o ya ya itu foto calon Istri…(Tiara Kaget)
Tiara : Apa …ini …ini…. Foto calon istri papi…. Jadi papi mau cari….(Langsung kerumah A)
ADEGAN 5
Lampu langsung berganti kerumah A. Sumi kaget dan marah
Sumi : Burung lagi!!! Bapak mau beli burung lagi. Saya tidak menyangka bapak tega melakukan hal itu. Pak..!! Apa bapak tidak puas dengan satu burung yang bapak miliki.!!!
Riyadi : Sebentar to bu, ini tidak seperti yang ibu bayangkan. Bapak itu memang ada rencana untuk membeli burung……(Disaut langsung oleh Sumi)
Sumi : O o… jadi bapak tidak mau membelikan minyak karena bapak ingin membeli burung lagi, begitu ya pak. Bapak tega ya, bapak lebih memilih burung daripada keinginan seorang istri. Padahal minyak itu untuk kebutuhan kita sendiri Pak!! Untuk Si Eko juga.
Riyadi : Bu sebenarnya….
Sumi : Ibu benar-benar kecewa Pak!!!!
Riyadi : Bu (Agak membentak)!!! Bapak belum beli minyak karena bapak benar-benar belum gajian, gaji bapak rencananya akan diberikan setelah proyek bangunannya selesai, dan semoga nanti sore sudah selesai. Sementara untuk masalah burung bapak yang kedua. Bapak masih pikir-pikir dulu. Ya itu rencana jangka panjang bapak, tidak untuk bulan-bulan ini. (Melihat Sumi) Ibu masih marah. Bu kita harus sabar dalam menghadapi segala cobaan yang diberikan Tuhan, termasuk cobaan ini. Sudahlah...Bapak pergi dulu …. Asalamualaikum (Keluar)
Sumi : Walaikumsalam (Lampu langsung Ke Rumah B)
ADEGAN 6
Agus : (Suasana mereda) Foto itu calon istri teman papi. Kalau mami tidak percaya Ya sudah. Terserah Mami
Tiara : Tapi…..Mami agak sangsi dengan perkataan Papi itu! (Agus melihat serambi rumah A)
Agus : Sebenarnya begini mi, papi punya rencana bagus…
Tiara : Paling rencana untuk membohongi mami lagi kan?
Agus : Oo tidak. Rencana itu adalah tentang kenaikan Anggran Pembelanjaan Istri Bapak Agus….
Tiara : Apa?
Agus : Rencananya sih dekat-dekat ini. Tapi kepala papi jadi pusing , soalnya pikiran papi terbebani oleh masalah foto Calon Istri Teman Papi. Ya sudahlah mungkin rencana itu akan ditangguhkan sampai tahun depan.
Tiara : Tahun depan… Papi (Mesra) Mami percaya koq, kalau papi itu Setia…
Agus : Nah begitukan lebih enak. Baiklah, sebaiknya papi berangkat dulu.
Tiara : Tapi janji lho pi?
Agus : Janji apa?
Tiara : Kenaikan APBIBA, Anggaran Pembelanjaan Istri Bapak Agus
Agus : Ya ya Papi pergi dulu…(Agus mulai masuk serambi rumah A Lampu Rumah A mulai menyala sambil melihat istrinya dan mendekat ke kandang burung milik Pak Riyadi)
Tiara : Ada apa ya? Setiap kali papi lewat situ selalu mendekat kearah kandang burung..(Tiara masuk rumah dan lampu Rumah B mulai meredup)
ADEGAN 7
Rumah A (Agus mengeluarkan foto yang masih disimpan dalam bajunya)
Agus : Untung foto Sumi ku tersayang tidak dilihat Mami. Kalau dilihat rencana ku bisa kacau. Ah sekarang saatnya menjalankan rencana. Bu Sumi, bu...
Sumi : (masuk) O pak Agus. silahkan duduk pak.
Agus : O tidak perlu. Saya tidak lama disini!
Sumi : Ada apa ya Pak?
Agus : (Berkeliling serambi) Kursi Bu Sumi sudah agak tua ya dan sangat ketinggalan zaman. berbeda dengan punya saya.
Sumi : Ya begitulah Pak (berfirasat Buruk)
Agus : Lalu atap bu Sumi juga sudah mulai rapuh. Beda dengan atap saya ya.
Sumi : Bapak datang kesini ada keperluan apa ya pak? (agak kesal)
Agus : (Semakin Nglunjak) Lalu suami ibu Cuma tukang bangunan ya. Sangat beda jauh dengan saya. Seorang tukang bangunan dan seorang pegawai kantoran.
Sumi : Pak!!! Kalau niat Pak Agus datang kesini hanya untuk menghina keluarga kami. Silahkan angkat kaki dari rumah ini!!
Agus : Bukan bagitu maksud saya….(Semakin menjadi) tapi begini Sum
ADEGAN 8
Sumi : Jangan kelewatan ya pak.(Riyadi Masuk)
Agus : ha ha Suami ibu tidak ada disini. Istri saya juga sedang didalam rumah, sedang menata perhiasan-perhiasannya yang serba mahal.
Sumi : Apa maksud pak Agus?
Agus ; Ibu kan tahu sendiri maksud saya. Kalau Pak Agus yang kaya ini ingin… (berbalik dan melihat Pak Riyadi. Lalu Agus mengalihkan perhatian ) Membeli kursi yang lapuk ini.
Riyadi : Begini pak Agus. Kursi yang lapuk ini tidak kami jual. Kami masih membutuhkan kursi ini. Dan kalau bapak mau kursi yang lain silahkan bapak membeli diluar saja.
Agus : O ya sudah, kalau niat baik saya ditolak. Ya sudah. Dasar tidak tahu diuntung. Terima kasih (Agus Kembali kerumahnya Lampu rumah B masih mati)
Sumi : Lho kenapa bapak tidak marah, melihat istriya di perlakukan seperti itu.
Riyadi : Sebenarnya bapak tadi sempat ingin marah. Akan tetapi bapak ingat kebaikan Pak Agus, waktu membantu Eko masuk SMP. Ibu ingatkan, waktu itu bapak tidak punya uang untuk membayar uang seragam dan lain lain. Tapi berkat kebaikan Pak Agus, Eko dapat masuk sekolah. Itulah kenapa bapak tadi tidak jadi marah. Ya sudah lah, tapi bapak akan marah ketika hal ini terulang lagi atau bahkan lebih daripada ini. Dan Ibu harus ingat perkataan saya, kalau kita harus sabar dalam menghadapi cobaan. Karena Orang sabar itu….
Sumi :Disayang Tuhan kan? Selalu kata-kata itu yang bapak ucapakan..
Riyadi : Cobalah untuk memaknai kata-kata itu lebih dalam. Baiklah Bu sebaiknya bapak ambil peralatan yang ketinggalan dan pergi ketempat kerja. Assalamulaikum (Keluar)
Sumi ; Walaikumsalam (Lampu A mati dan B menyala)
ADEGAN 9
Terlihat Agus yang kesal atas kegagalan Rencananya
Tiara : (Masuk) Lho papi belum berangkat?
Agus : Mami tahu sendiri kalau papi masih disini, berarti papi belum berangkat.
Tiara : Emangnya ada apa sih pi?
Agus : Nggak ada apa-apa. (Bergumam sendiri) Sial gara-gara pak Riyadi datang rencana saya gagal total. Tapi saya tidak boleh menyerah. Tunggu saja kedatanganku Sum...(Berhenti).
Tiara : Pak Riyadi? Ada apa sih pi?
Agus : Tidak ada apa-apa (Mengalihkan perhatian)!!! Itu burung nya Pak Riyadi mau saya beli. Saking indahnya papi jadi kangen terus lihat burungnya Pak Riyadi.
Tiara : Burung Pak Riyadi?
Agus : (Melihat Rumah A) Ah tampaknya Pak Riyadi sudah berangkat…..
Tiara : Apa maksudnya papi. Apa papi ini sakit? Bicara sendiri seperti orang yang kesurupan. Papi sakit ya?
Agus : Sudahlah sebaiknya Mami segera masuk rumah biar lebih aman. Bahaya jika ada mata-mata yang papi ceritakan tadi. Papi akan segera berangkat kerja.
Tiara : Baiklah (Masuk Rumah)
Agus : Nah ini lah saatnya Rencana B (Agus mulai masuk Kerumah A dan perlahan lampu B meredup)
ADEGAN 10
Rumah A
Agus : Sum….(Dengan nada yang merdu tapi cukup lirih, Sumi Masuk)
Sumi : Bapak lagi ya! Kalau Pak Agus datang kesini hanya untuk menghina saya, saya minta bapak keluar dari sini sekarang juga!
Agus : Oh sabar dulu bu. Begini sebenarnya saya datang kesini untuk minta maaf atas perkataan saya tadi. Sebenarnya saya tidak bermaksud untuk menghina Ibu. Saya datang kesini mempunyai tujuan baik untuk kehidupan ibu kedepan. Tapi berhubung bu Sumi ingin mengusir saya, saya anggap ibu menolak tawaran saya.
Sumi : Kehidupan saya kedepan! Maksud bapak?
Agus : Ya kehidupan yang lebih baik lah. Yang jelas kehidupan yang akan ibu alami nanti, jauh berbeda dengan ini. Kehidupan ibu akan berubah 180 Derajat.
Sumi : 180 Derajat. Lalu apakah nanti saya tidak perlu memikirkan minyak yang habis lagi?
Agus : Jelas
Sumi : Saya tidak perlu susah-susah untuk mengambil kayu bakar dan menyalakan api lagi.
Agus : Pasti, atau bahkan ibu tinggal mencet kalau pingin masak.
Sumi : Tinggal mencet….
ADEGAN 11
Agus : Ya. Tinggal mencet. Bagaimana bu, tertarik dengan tawaran saya. (Lampu Rumah B perlahan menyala dan Tiara mulai melihat Agus, dam menyimak pembicaraan)
Sumi : Saya jadi penasaran Ya Pak…
Agus : Begini bu Sumi, sesuai yang saya katakan tadi bahwa kedatangan saya datang kesini untuk menawari ibu. Dan tawaran saya adalah…. (berbalik dan melihat Tiara, lalu Agus mengalihkan perhatian) Kalau saya akan membeli burung Pak Riyadi. (Dengan nada yang keras supaya terdengar Tiara) Ya Membeli burung pak Riyadi.
Sumi : Masak hanya dengan burung sekecil itu kehidupan saya bisa berubah.
Agus : Maksud saya.. e e.. e
Tiara : Papi…(Marah)
Agus : Ya mi…
Tiara : Dari tadi papi belum berangkat ya karena ingin berduaan dengan wanita kegatelan ini ya, Pantesan..!!
Agus : Tidak mi Tidak.(berusaha menghindar)
Sumi : Bu Tiara saya harap ibu bisa menjaga mulut Ibu ya. Saya ini bukan wanita kegatelan, seperti yang ibu sangka.!
Tiara : Buktinya Suami saya berduaan dengan Anda! Dasar Wanita jalang.
Sumi : He bu…Tanya saja sama suami ibu. Apa yang membuat Pak Agus mau berduaan dengan saya. O o mungkin Pak Agus sudah bosan kali sama Gajah betina.
Tiara : Wanita kurang ajar. Wanita kegatelan!!!
Sumi : Bu sudah saya katakan saya bukan wanita kegatelan. Dan sekarang saya harap Ibu segera pergi dari sini.
Agus : Bu Sumi sabar dong….
Tiara : ayo kita pergi, pi
Agus : (Agus agak membentak) saya datang kesini ingin membeli burungnya Pak Riyadi. Kan papi tadi sudah bilang, kalo papi ingin membeli burung itu.
Tiara : Burung kecil dan jelek kaya gitu saja di beli. Ayo kita pergi
Sumi : E E… Sekarang malah menghina burung suami saya. He ..Ibu jangan pernah merendahkan burung suami saya. Meskipun saya agak geli sama burung itu, tapi itu tetap burung suami saya. Dan sekali lagi saya harap Ibu pergi dari sini sekarang juga.
Tiara : Baik saya akan pergi dari sini, ayo pi….
Agus : Saya tidak ikut mami, sebaiknya saya kekantor saja. Dari pada dirumah lihat mami , pusing aku!! (Keluar)
(Tiara kerumah B, Tiara dan Sumi duduk di Serambi masing-masing rumahnya sendiri. Lalu datang Jeng Ratna dan Ayu. Rumah A masih menyala )
ADEGAN 12
Ratna : Pagi jeng Tiara…
Ayu : Pagi jeng Tiara..
Tiara : Pagi juga!!
Ayu : Masih seperti biasanya jeng…
Tiara : Oh jelas, Masih cantik dan agak seksi…
Ratna : Ya sih… Agak seksi…. Oh ya jeng ada gosip baru lho jeng. Datangnya pagi ini lho. Masih panas. Kalau orang bilang, masih HOT…
Tiara : Apa gosip terbarunya jeng?
Ayu : Eh jeng kamu tahukan Pak handoko yang tinggal di Jalan Merak itu?
Tiara : Yang mantan anggota Dewan itu?
Ratna : Ya jeng. Kabarnya ya jeng ya. Pak Handoko yang terkenal kaya itu, kena pelet lho Jeng!
Tiara : Ah yang bener…
Ayu : Bener Jeng. Dan lebih parahnya lagi Dia dipelet sama tetangganya sendiri. Bayangkan jeng tetangganya dekatnya.
Tiara : Apa tetangganya itu wanita?
Ayu : Jelas dong jeng, masak laki-laki sih. Eh jeng dan lebih parahnya lagi, Pak Handoko ini hampir memberikan seluruh hartanya kepada wanita pelet itu jeng. Bayangkan seluruh hartanya.
Tiara : Sampai segitunya. Lalu apa ciri-ciri orang yang kena pelet itu jeng?
Ratna : Kalau tidak salah ciri-ciri orang yang kepelet itu, pinginnya lengket terus kepada orang yang memeletnya jeng. Dan terkadang orang yang kena pelet itu sering berbicara sendiri, seperti orang yang kesurupan. Ya omong nggak jelas alias ngelantur lah.
Tiara : Kaya orang kesurupan! Kok seperti papi ya? (mulai khawatir) Lalu ciri-ciri orang yang memelet?
Ayu : O itu. Biasanya orang yang memelet itu mempunyai benda –benda aneh atau semacam jimat. Yang jelas, jimat atau benda-benda aneh itu digunakan untuk menaruh peletnya jeng.
Tiara : Jimat , benda aneh…. Burung bisa?
Ayu : Mungkin. Emangnya ada apa sing jeng?
Tiara : Ciri-ciri orang kepelet seperti yang jeng Ratna bilang, sama seperti keadaan suami saya. Dia tadi berbicara sendiri seperti orang kesurupan. Dan anehnya lagi dia selalu pingin dekat sama burung tetangga saya.
Ratna : Ao… burung tetangga jeng Tiara?
Tiara : Bukan burung yang itu, tapi burung yang ada di depan rumah tetangga saya. Coba lihat sebelah sana, setiap suami saya lewat situ pasti selalu mendekat ke kandang burung itu. Lalu tadi saya pergoki suami saya sedang berduaan dengan wanita kegatelan itu. Terus saya tanya alasannya datang kesitu. Dan kalian tahu jeng apa jawabannya?
Ratna : Apa?
Tiara : Jawabanya dia suka sama burung tetangga saya dan kepingi membelinya dengan harga mahal.
Ratna : (Membentak) Sudah jelas jeng. Bahwa tetangga Jeng Tiara itu adalah
Ayu : Wanita Pelet. Labrak saja jeng!
Ratna : Iya jeng labrak saja. Cuma melawan wanita itu saja. Masak nggak berani!!!
Tiara : Saya kira inilah saatnya. Wanita kegatelan!!! saya tahu kamu memelet suami saya, karena ingin mendapatkan hartanya bukan? Dan saya tahu kalau burung suamimu itu digunakan sebagai alat perantaranya. Dasar wanita jalang, dasar wanita Pelet
Sumi : Bu Tiara saya tidak memelet suami ibu. Dan burung suami saya tidak saya gunakan untuk alat perantaranya. Dan perlu dingat bahwa saya tidak terlalu gila harta. O o atau barang kali , malahan Bu Tiara yang gila harta dan Ibu yang memelet Pak Agus. Masak pak Agus yang berwajah ganteng dan gagah menikah dengan Gajah betina.
Tiara : Sialan. Jadi kamu nantang saya ya?
Sumi : Saya tidak takut.... Lagi pula saya juga sudah bawa gunting disini.
Tiara : Ok saya akan ambil Pisau dulu!! Tunggu disitu!! Jeng kalian tunggu disini. Paling, tidak lebih sepuluh menit semua sudah berakhir. Semua akan berakhir (Tiara masuk mengambil pisau)
Ayu : Semua akan berakhir!!(takut) Jeng Ratna, bagaimana ini bisa-bisa terjadi perang besar ini.
Ratna : Malah seru jeng. Ini akan jadi gosip terpanas tahun ini. Kita namakan saja Perang Istri. Bagus kan jeng? Ha ha, semakin menarik ini jeng. Malah saya pingin ikut perang jeng.
Ayu : (Gugup dan takut) Jeng ini tidak tahu ya. Dalam setiap perang selalu ada korban.
Ratna : Terus..
Ayu : Kita ini provokator jeng dan Kita.......
Ratna : Ada apa jeng?
Ayu : Kita bisa masuk penjara
Ratna : Masuk penjara. Kalau kita masuk penjara bagaimana?
Ayu : Ya kita tidak bisa ngegosip. Pergi kesalon, manycure dan wajah kita akan seperti nenek sihir.
Ratna : Nenek sihir. Saya tidak mau jeng menjadi nenek sihir. Bagaimana ini jeng? Semuanya gara-gara burung itu. Ayo cepat kita hentikan jeng Tiara. (Tiara keluar)
Tiara : Saya sudah siap Terima kasih jeng Atas saran dan masukannya.
Ratna : (Meredam) Jeng Tiara, saya kira masalah ini tidak perlu dibawa segitunya jeng.
Tiara ; Maksudnya?
Sumi : Maksudnya kamu itu lemah!
Ayu : Bukan-bukan. Maksudnya... masak kita sebagai orang elit dan berkelas harus melawan orang yang miskin itu.
Ratna : Atau lebih tepatnya tidak selevel. Lagi pula apa sih yang kita dapatkan dari pertarungan ini. Tidak dapat apa-apa kan?
Sumi : Ada.. Daging gajah betina yang sudah di gunting-gunting !! (Tiara agak memanas)
Ayu : Sabar jeng. Sabar jeng sabar… jeng ingatkan Orang sabar itu bagaimana.
Sumi : Orang sabar disayang tuhan. Tapi kalau gajah betina disayang sama gunting saya ini.
Tiara : (Esmosi) Ini tidak bisa kubiarkan jeng.
Ayu : Sabar jeng. Sabar. Ambil nafas jeng keluarkan dengan perlahan. Pikirkan nasib jeng Tiara kedepan, nama baik jeng Tiara.
Ratna : Jeng Tiara kan sudah terkenal dengan orang yang sangat elit dan berkelas. Pikirkan jika jeng bertarung dengan orang yang tidak se level. Pasti nama baik yang sudah jeng bangun sekian lama akan runtuh. Karena Nila setitik rusak susu sebelangga. Ingat itu jeng..
Ayu : (Tiara mulai tenang) Bagaimana jeng.. Sudah tenangkan. Sebaiknya jeng Tiara masuk rumah saja, daripada harus mendengar suara-suara yang tidak perlu.
Tiara : Baiklah jeng. Sebaiknya saya masuk rumah, mungkin dengan memasak akan menenangkan pikiran saya.
Ratna : Dan kami juga pamit pulang Ya jeng ya.
Ayu : dada jeng Tiara.(Tiara masuk Rumah dan Ratna Ayu keluar Rumah Lampu B perlahan meredup )
ADEGAN 13
Sumi : Dasar gajah betina, beraninya Cuma menggertak saja!! Dikiranya saya takut apa? Jangankan gajah Betina. Badak Batina pun saya ladenin. (Rumah B perlahan meredup dan rumah A masih menyala Agus masuk) Sumi kok dilawan.
Agus : Bu sumi....Bu
Sumi : Pak Agus to.
Agus : Bagaimana Bu?
Sumi : Bagaimana apa pak?
Agus : Tentang masa depan Ibu!! Tawaran saya ini luar biasa, dan jarang orang yang bisa mendapatkannya.
Sumi : Sebelumnya apa yang bisa dapat jika saya menyetujui tawaran Pak Agus..
Agus : Ibu bisa mengganti kursi yang lebih bagus dari kursi yang lapuk ini. Lalu ibu bisa mengganti Atap yang jauh lebih bagus dari yang sekarang bu Sumi tempati.
Sumi : Yang bener Pak Agus?
Agus : Ya tapi ada syaratnya!
Sumi : Ada syaratnya?
Agus : Ya ada syaratnya. Kalau Bu sumi ingin mengganti perabot rumah tangga yang jauh dari ini, maka ibu harus mengganti suami Ibu. Bagaimana?
Sumi : Ganti Suami? Tapi.....
Agus : Cuma mengganti seorang suami saja. Keadaan ekonomi ibu akan berubah derastis. Dan Ibu akan memiliki segala-galanya. (Lampu Rumah B mulai menyala, Tiara Nampak didepan rumah sambil membawa korek api dan melihat suaminya berduaan lagi dengan Sumi)
ADEGAN 14
Sumi : (Bimbang)...e ee e Tapi...E... Tapi siapa calon suami saya.
Agus : Calon Suami Ibu adalah Saya Sendiri. Dwi Agus Wahyu RRRRRRRRRRRR
Tiara : (Dengan suara keras) Dasar wanita kegatelan. Rupanya benar Ya...kalau suami saya ini kena pelet sama wanita jalang ini. Ini tidak bisa kubiarkan. Aku tidak mau dimadu.
Agus : Begini mam...
Tiara : Sudahlah pi. Papi tidak bersalah dalam hal ini. Mami akan berjuang mati-matian untuk papi. Mami harus menghancurkan pelet wanita jalang ini, dengan jalan membakar burung itu!
Sumi : Dasar gajah betina. Jadi perang yang tertunda tadi kita lanjutkan kembali. Baiklah
Tiara : Ok, sekarang papi minggir. Sebelum saya melumatkanmu, saya akan membakar burung suami terlebih dahulu. Biar suami saya sadar.
Sumi : He ...Jangan bakar-bakar benda milik orang lain, walaupun saya sangat geli sedikit pada burung suami saya. Tapi saya akan melindunginya.
Tiara : He jangan menghalangi saya…
Agus : Sudahlah mam…. Dan kau Sumi bagaimana dengan tawaran Saya, kamu setuju bukan?
Sumi : Tidak...Sekarang saya lebih bernafsu untuk menyate gajah betina ini.
Agus : Tidak setuju. Yang bener Sum (Tiara akhirnya bisa melepaskan dari hadangan Agus dan mendapatkan Kandang burungnya, .Riyadi Masuk)
ADEGAN 15
Tiara : Ha ha Akhirnya saya mendapatkan burung ini juga. Setelah saya membakarnya saya akan bertemu dengan Papiku yang dulu lagi. Sabar ya pi! Kau akan sadar betapa mami begitu cantik.
Riyadi : (Nada Keras) Letakkan!!! Letakkan Laras sekarang juga.
Tiara : Burung Pak Riyadi ini ada peletnya!!!
Riyadi : (Nada Lebih Keras) Saya bilang letakkan Laras sekarang juga. Dan Kamu Agus lepaskan tanganmu dari Sumi.
Agus : Pak Riyadi....Sebenarnya....
Riyadi : Diam. Sekarang saya tanya apa yang sedang terjadi. (Saling berebut berbicara ). Diam!!! Sekarang saya tanya satu persatu,dari kamu dulu Sum. Ceritakan apa yang terjadi disini.
Sumi : Begini Pak, Pada awalnya Pak Agus memberikan sebuah tawaran yang akan mengubah hidup kita Pak..
Riyadi : Hidup kita atau hidup ibu sendiri.
Sumi : E e e Ya pada dasanya hidup ibu sendiri.
Riyadi : Lalu ibu menerimanya?
Sumi : Pada awalnya saya hampir menerimanya, Tapi rupanya Pak Agus menawari saya menjadi istrinya dengan cara harus menceraikan bapak.
Tiara : He dasar pembohong.. kamu itu yang memelet suami saya kan?
Riyadi : Diam!!..Bu Tiara saya harap anda diam.
Tiara : Pap lawan dia pap, masak papi nggak berani.
Agus : Ya..Mam.. Pak Riyadi (Dengan Penampilan gagah)..
Riyadi : Apa!!!!
Agus : (Ternyata lebih ganas Riyadi) Tidak apa-apa pak, silahkan dilanjutkan.
Riyadi : Lalu setelah ibu mengetahui tawaran yang sebenarnya, apa yang ibu katakan?
Sumi : Jelas Ibu menolaknya Pak!!!
Riyadi : Begitu ya... Berarti Pak Agus ingin mencari istri lagi. Pak Agus..Mengapa anda ingin mencari istri lagi?
Agus : Karena....karena..
Riyadi : Jawab yang tegas Pak Agus. Setegas anda mengajak istri saya untuk menikah.
Agus : Karena…… saya sudah muak dengan istri saya Pak! Minta ini, minta itu dan sangat gila harta. Sampai – sampai kebutuhan seorang suami dilupakan. Ya.. Kebutuhan seoarang suami dilupakan. Yang dipikirkan hanya harta dan tidak ada yang lain.
Riyadi : Kebutuhan suami ya (Agak merenung)!! Sekarang kamu Bu Tiara, kenapa Ibu ingin membakar Laras?
Tiara : (Sambil menangis tersedu-sedu) Begini Pak Riyadi, Alasan saya ingin membakar burung Pak Riyadi, maksud saya burung yang ada di kandang..
Riyadi : Saya tahu, teruskan
Tiara : Saya kira burung itu digunakan untuk memelet suami saya. Karena setiap kali suami saya lewat sini selalu mendekat ke kandang burung Pak Riyadi. Ternyata dugaan saya salah besar pak, Suami saya....suami saya...sudah bosan sama saya Pak! (menangis) Saya minta maaf Pak!
Riyadi : Ya tidak apa-apa. Saya maafkan. Sekarang persoalan sudah jelas. Bu Tiara...Pak Agus. Kalian dulu mengikat janji suci yaitu pernikahan atas dasar apa? Atas dasar apa hingga Pak Agus dan Bu Tiara mau menjadi suami dan istri?
Agus : Cinta..
Tiara : Cinta
Riyadi : Cinta….?? Lalu apakah cinta yang dulu tumbuh begitu subur, sekarang harus hancur karena masalah harta dan nafsu. Sekarang kalian pikirkan Andi, anak kalian. Dia sangat menyayangi dan mencintai kalian. Tapi suatu saat dia akan sangat sangat membenci kalian. Karena kalian harus bertengkar bahkan harus berpisah Kasihan Andi tidak ada cinta lagi dari seoarang ayah dan Ibu (Tiara dan Agus Bertatapan)
Agus : Pak Riyadi sekarang kami sadar Pak. Bahwa harta dan nafsu bukan segala-galanya. Sekarang yang terpenting bagi kami adalah Cinta. Tidak Harta ataupun Nafsu semata. Hanya Cinta. Cinta untuk Andi. Bukan begitu mi?
Tiara : Ya pi, Pak Riyadi kami mengucapkan terima kasih banyak atas nasehatnya. Kami mulai menyadari arti dari pernikahan kami. Dan sekarang kami seperti pasangan yang baru lagi.
Agus : Kami pamit dulu ya pak. Sekarang kami akan menikmati sebagai pasangan baru (Keluar).
Riyadi : Ya ya.. (Merenung agak lama, dan terdiam menatap burung)
Sumi : Pak saya minta maaf atas kelakuan saya sealama ini Pak, Saya lebih mengedepankan nafsu daripada Cinta dan keutuhan keluarga kita. Saya minta maaf ya Pak!!
Riyadi : Sudahlah.. Bu... saya teringat dengan perkataan Pak Agus tadi.
Sumi : Perkataan yang mana Pak?
Riyadi : Tentang kebutuhan seorang suami, atau lebih tepatnya kebutuhan kepada pasangan hidupnya. Seharusnya saya yang minta maaf kepada Ibu, karena saya tidak bisa memenuhi kebutuhan Ibu. Dan mungkin inilah yang menyebabkan semua masalah terjadi.(mendekati burungnya)
Sumi : Kita saling memaafkan ya Pak.(hening) Lho kenapa bapak melihat Laras seperti itu. Tidak biasanya. Ada apa Pak? Laras sakit ya?
Riyadi : Ini bu (memberikan sebuah amplop)
Sumi : Ini uang banyak sekali Pak.(berfirasat buruk) Ini tidak mungkin gaji bapak. Lalu ini uang....(memandang ke Laras) Bapak menjual Laras ya? Ini kan burung kesayangan bapak?
Riyadi : Saya hidup untuk Ibu, bukan untuk Laras. Sudahlah bu yg pentingkan Si Eko bukan Laras.
Sumi : Tapi Pak...
Riyadi : Sudahlah bu. Laras akan mendapatkan tempat yang lebih baik dari ini. Karena saya tahu orang yang akan membeli Laras ini adalah orang kaya yang sangat mencintai burung. (Kepada Laras) Laras.. akhirnya kamu mendapatakan tuan yang akan memenuhi kebutuhanmu. Terima kasih Laras, berkat dirimu saya dapat memenuhi kebutuhan Isteri dan anak saya. Laras terima kasih Laras.
Musik mulai masuk..
Datang orang yang membeli burung. Riyadi pun menyerahkan burung itu. Dan Riyadi merenung duduk dikursi dan (Musik Hampi selesai ) tiba-tiba dia terbangun dan meneriakkan
<< Home